Konseling Teman Sebaya (KTS)

Kontribusi Dari Ifdil
Konseling Teman Sebaya

Konseling teman sebaya adalah program bimbingan yang berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku konseli. Konseling teman sebaya dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
  1. Tidak cukupnya waktu bagi konselor untuk membantu semua remaja yang bermasalah
  2. Adanya siswa-siswa yang enggan membawa permasalahan mereka kepada konselor sekolah dengan berbagai alasan
  3. Beban konselor sangat berat untuk menangani kasus-kasus yang parah yang membutuhkan waktu yang panjang,
  4. sehingga sedikit waktu membantu siswa bermasalah lainnya.
Oleh karena itu, banyak siswa-siswa yang bermasalah berat mencari siswa lain untuk mendiskusikan masalah pribadi mereka. Misalnya, siswa-siswa yang merasa kesepian dan terisolasi. Oleh karena itu sangat diperlukan membuat konseling teman sebaya dengan berbagai model.

Konseling teman sebaya juga bermanfaat untuk mengajar siswa-siswa dengan cara efektif, membantu kawan-kawannya untuk meringankan perasaan terisolir, dan kesepian di sekolah. Disamping itu siswa yang menjadi konselor teman sebaya dapat berlatih mengatasi masalah mereka sendiri dengan cara yang rasional, positif dan bermoral.

Program konseling teman sebaya mempunyai alasan-alasan yang rasional, terstuktur, aktifitasnya khas atau spesifik, personal yang melakukannya juga khusus dan diorganisir secara terus menerus. Program ini merupakan usaha mempengaruhi (memperbaiki tingkah laku yang dimiliki oleh siswa), yaitu tingkah laku yang dapat membedakan antara tingkah laku yang pantas dengan tidak pantas, dan menggunakan tingkah laku yang pantas menjadi identitas pribadi yang diharapkan, serta menemukan berbagai cara pemecahkan masalah, dan memberikan pengalaman yang memberikan motifasi mengikuti pelatihan untuk pengembangan diri mereka sebagai orang dewasa yang matang dan bertanggung jawab.

Tipe-tipe Tugas KTS (Krumbolth: 1976)Setiap melakukan pekerjaan, KTS membuat laporan tentang proses dan hasil pekerjaannya. Jenis tugas-tugas yang hendak dikerjakan adalah:
  • Membantu siswa lain memecahkan permasalahannya.
  • Membantu siswa lain yang mengalami penyimpangan fisik.
  • Membantu siswa-siswa baru dalam menjalani pekan orientasi siswa untuk mengenal sistim dan suasana sekolah secara keseluruhan.
  • Membantu siswa baru membina dan mengembangkan hubungan baru dengan teman sebaya dan personil sekolah.
  • Melakukan tutorial dan penyesuaian sosial bagi siswa-siswa asing (kalau ada).

Pelatihan Terhadap Calon KTS (Hamburd, dkk:1972)
Pelatihan dimaksudkan untuk membelajarkan calon KTS tentang cara membantu orang lain dengan melalui pelatihan.

Tingkahlaku yang dilatihkan adalah:
  • Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain.
  • Kemampuan mendengar, memahami dan merespon (3M), termasuk komunikasi nonverbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan minimal).
  • Kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau normal.
  • Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasan pribadi.
  • Kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalam konseling mengahadapi permasalahanpermasalahan pribadi, permasalahan kesehatan, permasalahan sekolah, dan permasalahan perencanaan hubungan dengan teman sebaya.
  • Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah.
  • Kemampuan menerapkan keterampilan interpersonal yang menarik untuk mengusahakan terjadi  pertemuan pertama dengan siswa yang minta tolong.
  • Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat pembedakan tingkah laku abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah kecemasan
  • Kemampuan mengalih tangankan konsli untuk menolongnya memecahkan masalahnya, karena KTS tidak mampu melakukannya.
  • Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika.
  • Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.
Pelatihan dilakukan dalam bentuk permainan peran, kemudian diikuti dengan pemberian masukan, melakukan observasi dan diskusi. Kekhasan latihan dipusatkan pada pembicaraan kepada salah seorang peserta pelatih yang sulit untuk didekati. caranya adalah siswa diminta untuk membuat deskripsi tentang seorang guru yang sulit mendekatinya. Setelah hal ini dikerjakan, seorang siswa atau peserta latihan berperan sebagai guru, dan satu-persatu peserta pelatihan mencoba berbicara kepada guru itu tentang tingkah laku yang sensitif, misalnya tingkah laku tidak jujur, atau menyerahkan tugas terlambat. Dengan cara seperti ini, peserta pelatihan mengalami apa yang akan terjadi dalam situasi itu, dan memperbincangkan cara-cara yang efektif melakukan pendekatan kepada guru itu. salah seorang siswa berkata “saya tidak mengakui kesalahan saya, dan bertanya tentang tugas itu”, salah seorang siswa lain menyahut: “lihat saja nanti kerugian apa yang bakal kamu terima jika tidak melakukan tugas itu, dan keuntungan apa pula yang kamu dapat dengan melakukan tugas itu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk Komentar ANDA.........................