Ditulis Oleh: Wahid Suharmawan
Ide
pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang
sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti
yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan
ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers
dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada
realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda-beda
tergantung pada pengalaman-pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini
disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari
lapangan fenomenal tersebut.
Carl
Rogers sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi
lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini
disebut konseling non direktif, kemudian digunakan Client Centered Counseling dengan
maksud individualitas konseling yang setaraf dengan individualitas konselor.
Menurut
Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya
dan menciptakan kesehatan dan menyeesuaikannya. Sebab itu, konselor harus
mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan helpee tidak
secara langsung tetapi dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif
dengan cara permisif. Konselor sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak
memberikan nasihat, pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan
sebagainya. Dengan cara ini, konselor dapat membantu helpee untuk mengemukakan
pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor
diharapkan bersifat dan bersikap :
a)
Menerima (Acceptance). Sikap terapis yang ditujukan agar helpee dapat
melihat
dan mengembangkan diri apa adanya.
dan mengembangkan diri apa adanya.
b)
Kehangatan (Warmth). Ditujukan agar helpee merasa aman dan memiliki
penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
c)
Tampil apa adanya (Genuine). Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh
terapis
agar helpee memiliki helpee positif.
agar helpee memiliki helpee positif.
d)
Empati (Emphaty). Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah
(internal
frame of reference), helpee akan memberikan manfaat besar dalam memahami
diri dan problematikanya.
frame of reference), helpee akan memberikan manfaat besar dalam memahami
diri dan problematikanya.
e)
Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard). Sikap
penghargaan
tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada helpee, betapapun negatif perilaku
atau sifat helpee, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada helpee, betapapun negatif perilaku
atau sifat helpee, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
f)
Transparansi (Transparancy). Penampilan terapis yang transparan atau
tanpa
topeng pada saat terapi berlangsung maupun dalam kehidupan keseharian
merupakan hal yang penting bagi helpee untuk mempercayai dan menimbulkan
rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
topeng pada saat terapi berlangsung maupun dalam kehidupan keseharian
merupakan hal yang penting bagi helpee untuk mempercayai dan menimbulkan
rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
g)
Kongruensi (Congruensi). Konselor dan konseli berada hubungan sejajar
dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari helpeenya.
dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki
kedudukan lebih tinggi dari helpeenya.
Kondisi-kondisi
yang memungkinkan helpee mengubah diri secara konstruktif mengharuskan helpee
dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat
perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
- Helpee akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
- Helpee akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
- Helpee mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
- Helpee sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
- Helpee mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
- Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
- Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
- Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mempu berelasi sosial dengan baik.
- Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah
terapi, helpee akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan
permasalahannya.
- Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
- Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
- Mereka menjadi kreatif.
- Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam hubungan dengan orang lain
Dengan
metode Client Centered akan membuat helpee memberikan pendapat,
pengalaman, dan mencari pemecahan sendiri tanpa disadari yang menjadikan dia
mandiri. Menimbulkan konsep diri yang congruence dalam diri helpee untuk lebih
mengembangkan kepribadiannya. Karena pada dasarnya dalam diri individu sudah
ada konsep diri.
Konsep
diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence
adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti
situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep
diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena
nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif
namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan. Lima sifat khas
orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1.
Keterbukaan Pada Pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatif.
2.
Kehidupan Eksistensial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3.
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4.
Perasaan Bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya
sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat
banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang
ingin dilakukannya.
5.
Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons
atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain
itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa
melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu
dunia itu secara obyektif.
Rogers
juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan
seseorang mengalami suatu penyakit psikologis. Teori Rogers ini memang sangat
populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan
independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik,
konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon untuk Komentar ANDA.........................